> 2009 06 09 Cinta Hening Ayu

2009 06 09 Cinta Hening Ayu

Posted on Minggu, 01 Juli 2012 | 6 Comments


Cinta Hening Ayu
Fenomena Pendewasaan Adat Budaya Bali
Oleh Dr. Ni Putu Tirka Widanti

Ayu seorang gadis desa berasal dari Bali Timur memiliki paras anggun cantik dan dari keluarga yang berkasta. Selepas SMA Ayu memilih untuk mencari pekerjaan dan di usia nya yang masih sangat belia (19 th) Ayu memulai karirnya sebagai staff Kitchen di sebuah perusahaan swasta yang dimiliki oleh investor Asing. Di perusahaan ini bertemulah dia dengan pujaan hati yang bernama Wayan. Wayan rumahnya tidak jauh dari perusahaan kedua belah pihak bekerja. Tanpa memandang status, Ayu menjalankan cintanya tak perduli apa latar belakang si Wayan. Dua bulan setelah mereka berdua mengikrarkan pertalian cintanya baru diketahui kalau Wayan sakit-sakitan, sering memperlihatkan peringai yang aneh. Melihat kenyataan yang ada disini Ayu mulai bimbang. Sempat terlintas di benaknya ingin memutuskan tali percintaannya bukan hanya karena Wayan sakit-sakitan namun karena status dua insan ini berbeda, sudah barang tentu keluarga Ayu terutama Ibundanya tidak merestui putri kesayangannya kelak dinikahi oleh orang yang tidak sekasta apalagi kondisinya kurang meyakinkan.

Suatu hari, Wayan tiba-tiba pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit. Ternyata Wayan mengidap beberapa penyakit yang salah satunya adalah epilepsi. Disini dokter memberikan wejangan kalau Wayan tidak boleh berfikir yang ruwet yang pada saat itu diketahui kalau Ayu ingin menjauhi Wayan. Dan dokter bukan hanya memberi wejangan namun sedikit mengancam Ayu, kalau akan terjadi kedua kalinya bisa-bisa jiwanya tidak tertolong. Mendengar pernyataan dokter seperti itu akhirnya Ayu memutuskan untuk apapun yang akan terjadi pada Wayan, Ayu tetap akan melanjutkan cintanya.

Pada tahun 2001 kedua insan ini melangsungkan pernikahan, mengingat statusnya Ayu, diputuskanlah untuk menempuh jalan “Nganten Melaib” / kawin lari. Sesuai dengan adat dan awig-awig setempat, bilamana ada yang menempuh jalan kawin lari, akan ada keluarga dan prajuru adat yang “ngeluku”. Prajuru Desa/banjar tempat Wayan berasal dari Banjar Baturning, Desa Mambal, Badung kemudian melakukan pengarah (pemberitahuan) ke desa asal Ayu untuk memberitahukan bahwa Ayu telah diambil oleh Wayan atas kesepakatan kedua belah pihak tanpa ada paksaan dari pihak manapun yakni cinta sama cinta. Sontak, keluarga tidak menerimanya terutama Ibu Ayu. Hingga ada sedikit perhelatan sampai mendatangkan polisi untuk mengamankan dan menenangkan Sang Ibu.

Pada tahun 2002, lahirlah si buah hati perempuan, Ayu junior. Kedua insan ini (Ayu dan Wayan) masih tetap melanjutkan bekerja di perusahaan yang sama dekat rumah mereka tinggal.

Seiring perjalanan waktu, Wayan sering sakit-sakitan, epilepsinya sering kambuh, yang pada akhirnya Wayan mengambil jalan pintas yang sangat menggegerkan bukan hanya keluarga di desa setempat namun masyarakat Bali sekitarnya. Wayan putus asa dan menempuh jalan mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri di dekat kuburan yang terletak tak jauh dari rumahnya pada tahun 2006.

Semua mata dan perhatian tertuju pada Ayu, betapa ini merupakan takdir dan jalan hidupnya. Namun Ayu tetap tabah menerima semua kenyataan ini. Ayu yang disupport oleh semua keluarga besar Wayan bahkan Ayu telah dianggap bukan sebagai seorang menantu namun lebih sebagai anak sendiri. Ayu membesarkan puteri nya dibantu oleh keluarga Wayan. Ayu tetap bekerja untuk menyambung hidup dan buat si buah hati. Keluarga besar Wayan, teman-teman dimana ia bekerja merasa sangat prihatin melihat Ayu karena Ayu sangat alep, sopan dan tabah dalam menjalani hidup ini. Ayu masih tetap cantik dan belia, sekilas yang belum mengetahui, dikiranya Ayu masih gadis yang belum memiliki suami.

Dua tahun kemudian, sampai akhirnya iba dari rekan sekerjanya, mengenalkan dengan seorang perjaka yang seorang pegawai negeri dari daerah Tabanan. Ayu yang malu-malu wanti-wanti berpesan pada temannya ini agar diceritakan siapa Ayu yang sebenarnya agar kemudian hari tidak menyesal. Oleh calon pengganti Wayan yang juga kebetulan bernama Wayan juga menurut ”mak comblang” nya bisa menerima Ayu apa adanya, bahkan keluarga besarnya si Wayan ini tidak keberatan mengingat status Ayu yang seorang janda beranak satu.

Setahun masa perkenalan dan saling mengenal, diputuskan untuk meningkatkan ke jenjang peresmian yaitu pernikahan. Oleh keluarga besar Almarhum Wayan di Baturning, memberikan ijin dan merestui sepenuhnya Ayu akan melangsungkan pernikahan dengan Wayan – Tabanan. Bahkan, Ayu yang secara resmi menjadi tanggung jawab Keluarga Wayan Almarhum diijinkan untuk ”mepamit” disini mengingat statusnya bukan lagi di Karangasem dimana Ayu berasal namun di Baturning karena sudah ikut suami pertamanya. Semua acara adat dilangsungkan di Baturning oleh pemuka adat dan prajuru Desa Baturning.
Betapa ini merupakan suatu pembelajaran dan pendewasaan adat budaya yang bisa ditiru oleh semua masyarakat Bali. Betapa ini merupakan pemikiran yang amat suci dan luhur, karena bagaimanapun juga Ayu adalah seorang manusia biasa yang ingin tumbuh dan berkembang seperti yang lainnya.

Selamat buat Keluarga Besar Ayu di Baturning, Selamat buat Prajuru Adat Baturning, Selamat buat Keluarga Besar Wayan di Tabanan atas semua ini. Menurut penulis, ini adalah merupakan hal yang ”Agung” luar biasa. Beginilah semestinya bagaimana mengorangkan orang. Ayu sama sekali tidak bersalah dan Ayu berhak atas kehidupan yang layak. Penulis menghimbau sekiranya ada hal yang mirip, kutipan di atas perlu dipertimbangkan. Penulis yakin semua yang terlibat dalam mengantarkan Ayu ke keluarga Wayan di Tabanan akan mendapat pahala karena berbudi amat luhur.

Comments:6

  1. Bukan hanya pendewasaan tapi juga sekaligus pembelajaran buat kita semua tentang arti cinta kasih yang sebenarnya yang mampu memberikan kekuatan kepada kita disaat harus menjalani kosekuensi berupa pengorbanan atas keputusan yang telah kita ambil di dalam hidup kita.

    BalasHapus
  2. Adat istiadat khusunya di Bali sangat erat berkaitan dengan Agama-2 yg hidup di Pulau Dewata ini, terlihat bahwa adat orang Bali Kuno dan adat orang Bali Modern sudah bercampur, menemukan kedewasaan dan kefleksibelan. Sangatlah penting untuk pemuka-2 adat memberikan penyuluhan bagaimana membawa adat istiadat orang Bali menjadi adat yg bisa bersaing dengan era globalisasi tanpa mengurangi, warisan budaya yang diwariskan oleh para leluhur dari nenek moyang khusunya orang Bali dan umumnya orang Indonesia.
    Di Bali istilah kawin cerai sangat jarang terjadi, ini terlihat karena adat orang Bali sangat mengikat sehingga untuk melakukan perceraian, sangatlah sulit untuk dilakukan dan harus berpikir panjang untuk hal tersebut.
    Telepas dari hal tersebut, cinta kasih dari cerita pewayangan Rama dan Sinta sangatlah mengakar di Bali, tapi generasi mendatang perlu ditanamkan sejak dini melalui cartoon2, sendratari, pewayangan dll, mengenai kehidupan luhur cinta kasih.

    (LOVE & LIGHT)

    BalasHapus
  3. Cinta kasih dan kesetiaan merupakan dasar bagi kita semua untuk mewujudkan keluarga yang bahagia. Apa yang telah di lakukan oleh Ayu merupakan cermin dari sikap Berjiwa Besar. Tentunya semua dari kita menginginkan pasangan kita mempunyai sikap Berjiwa Besar, ketulusan cinta dan kesetiaan, tapi tidak sedikit dari kita tidak menemukan pasangan kita seperti yang kita harapkan. Maka dari itu sebaiknya kita semua bisa belajar dari pengalaman orang lain ( salah satunya ada di N 21 ) agar apa yang kita inginkan dapat terwujud. Astungkara......................

    BalasHapus
  4. Sesungguhnya ada yang lebih tinggi dari cinta...yakni Belas Kasih kutipan diatas merupakan cerminan dari Belas Kasih yang sesungguhnya jadi tidak mengutamakan kepentingan baik itu keluarga ,harga diri,adat ataupun apapun itu,Berarti bersyukurlah karena keluarga di bali mempunyai tingkat kesadaran yang cukup tinggi setidaknya dalam kasus ini,mudah-mudahan hal-hal seperti ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk lebih bisa melihat ke dalam dengan hati kita (MULAT SARIRA)>>>sudahkah kita mempunyai rasa belas kasih dengan sesama TANPA KEPENTINGAN.....SALAM...D2

    BalasHapus
  5. Tujuan kita hidup, sesuai yg terdahulu kita di ajarkan pada waktu SD adalah MOKSATAM JAGADHITA YA CAITI DAHARMA, kembalinya roh/atma kita kepada Nya, Kebahagian dan Kedamaian tanpa batas.
    Pertanyaannya bagaimana merealisasikan selagi kita masih hidup ?
    Hal tersebut kita bisa capai dgn banyak cara, semua agama mengajarkan kebaikan.
    Salah satu yang sangat sederhana orang tua kita mengajarkan filosofi TAT TWAM ASI, (aku adalah kamu), kita akan bisa merasakan semua yg ada didunia ini, Niscaya keangkuhan kita, keegoisan kita, kesombongan kita akan sirna didiri kita.
    Hal tersebut semoga selalu kita bisa menyikapi setiap permasalahan adat, masyarakat maupun keluarga di sekeliling kita.
    Semoga bermanfaat.

    BalasHapus
  6. Sungguh sesuatu yang menjadi inspirasi bagi kita semua begitu adilnya Tuhan, Tuhan tidak akan pernah memberikan cobaan kepada para hambanya diluar kemampuan hambanya, sesungguhnya ada 2 hal yang Tuhan ingin ketahui dari cobaan yg diberikan kepada hambanya yakni sabarkah kita dengan cobaan tersebut serta bisakah kita tetap survive. Selamat buat Ayu semoga keluarganya tetap SAKINAH MAWADDAH WARAHMAH

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Search